Sebuah tulisan yang ditulis ketika langit sedang sendu-sendunya sembari mendengar sebuah lagu dari salah satu Band lokal yang cukup terkenal The Rain – Ujung Pertemuan. Tulisan ini sebuah bentuk abstrak dari resah yang tidak lagi bisa sampai kepada sosok tujuannya.
Didedikasikan untuk sosok baik hati, yang selalu ingin
menjaga agar tidak melukai.
Barangkali ini alasan kenapa Tuhan tidak mengizinkan kita
bersama lebih lama, selang beberapa waktu ketidakbersamaan aku menyadari
sesuatu; setiap kali tidak denganku kamu mulai meraih satu per satu impianmu.
Barangkali aku bukan perempuan yang mampu menjadikanmu
sosok pria yang lebih baik, sebab tanpa disadari aku lah yang menjadi penyebab
langkahmu terhambat; kamu selalu berjalan di tempat, banyak celah yang mengganjal
langkahmu untuk maju menjadi lebih baik.
Tiga tahun yang baik untukku, mungkin tidak menjadikan hal
yang sama untukmu.
Apapun yang kamu ingin, hampir selalu bertemu kegagalan
ketika denganku.
Kurasa ini alasan kenapa Tuhan memisahkan kita.
Akhirnya
aku memahami; bahwa perpisahan adalah sebaik-baiknya jalan yang harus kita
tempuh, meski seringkali tidak pernah ingin kita lalui.
Terlepas dari hilangnya semua harap,
Aku, dengan ini, telah menerima
kenyataannya tidak ada lagi kita. Aku ingin mengingatmu sebagai seseorang yang
pernah kubanggakan, sebagai seseorang yang pernah membahagiakan.
Terlepas dari hilangnya harap,
Aku akan mengenangmu sebagai seseorang yang istimewa dan akan
selalu.
Sebelum sampai pada tahap ini, percayalah;
kamu pernah menjadi yang tak terganti, pernah menjadi alasan aku tidak ingin
siapapun lagi, pernah menjadi yang paling aku yakini menepati janji-janji, dan
pernah menjadi kenapa senyum, tawa, dan bahagiaku tercipta. Kamu pernah sebelum
akhirnya memilih berhenti dan aku memilih menutup hati.
Aku cuma ingin kamu tau, I’m so lucky to
meet you. Terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik, penasehat terbaik,
selalu memaklumi kerumitanku, dan kalau kamu merasa tidak beruntung bertemu
denganku, aku cuma ingin minta maaf dan terimakasih untuk segalanya.
Last, but not least. Untuk kesekian
kali semoga kamu sehat dan bahagia selalu, doa baik untukmu akan selalu
melangit, semoga hal-hal baik selalu menghampirimu. Terlepas tentang apa yang
akan terjadi kedepannya, aku berserah tentang takdir dan hatiku kepada Rabb-ku. Semoga,
Tuhan senantiasa merestui langkahmu.
Komentar
Posting Komentar