Novel Tahajud Cinta Di Kota New York ini ditulis oleh Arumi E., yang
menceritakan tentang kisah seorang mahasiswi Universitas Columbia bernama Dara Paramitha.
Dara seorang gadis cantik yang sangat stylist gemar mendatangi club malam dan
berpakaian seksi menemukan hidayah di Kota New York. Di kota yang terkenal
bebas itu ia bertemu dengan Aisyah Liu, dan setelah pertemuan itu mereka
menjadi dekat dan di sana lah awal mula Dara mulai mendalami Islam. Bukan hal
mudah bagi dara menjalani kehidupannya setelah ia merubah penampilannya menjadi
gadis bekerudung. Disaat tak terduga pula ia bertemu dengan Brad seorang anak
band nerpenampilan urakan yang tanpa sengaja selalu menjadi penyelamatnya.
Hingga akhirnya dia di hadapkan oleh pilihan harus memilih Brad atau Rick
seorang mualaf yang memiliki masa depan cerah. Namun takdir seperti sudah tahu
akan kemana bermuara, secara tak terduga ia kembali di pertemukan dengan Brad
di atas puncak Empire State.
Nah, dari sinopsis singkat tersebut dapat kita simpulkan
bahwa tema dalam cerita tersebut ialah kisah perjuangan Dara dalam mempertahankan
keyakinan. Sedangkan tokoh-tokoh dalam novel
ini ada Dara, Brad, Rick, Aisyah, Brian, dan Keira. Dimana dalam tokoh Dara ini mempunyai sifat tegas dan
tetap pendirian,
hal ini dapat kita buktikan dalam kutipan novel di halaman 308 “Ini bukan
peraturan kuno, Brad. Tapi memang begitulah yang disyaratkan agamaku. Dan aku
memilih untuk taat dengan peraturan-peraturan agamaku. Aku taat karena aku
yakin dengan kebenarannya.”. Selanjutnya tokoh Brad ini mempunyai sifat yang pantang
menyerah,
hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di halaman 143 “… Karena
itu, aku juga tak akan menyerah mengejar impianku,” sahut Brad. Seterusnya ada tokoh yang bernama Rick dimana dia memiliki sifat yang dewasa, dimana dalam kutipan novel ini
terdapat di halaman 51 “Sosok
Richard yang dewaasa seketika menarik perhatian Dara.”. Kemudian ada tokoh yang bernama Aisyah, dia mempunyai sifat pendiam dan
tetap pendirian,
hal ini dapat kita temukan dalam kutipan novel di halaman 23 “Kenyataannya,
Aisyah tak bisa berubah. Ia tetap pendiam dan caranya memakai kerudung tetap
sederhana.”.
selanjutnya Brian,
dia mempunyai sifat yang tidak sopan, dimana dalam novel ini terdapat
kutipan yang menggambarkan bahwa dirinya tidak sopan di halaman 4 “… Aku
sedikit ketus pada Brian supaya dia sadar, jangan seenaknya saja bersikap tidak
sopan pada orang lain,”. Dan terakhir ada tokoh yang bernama Keira, dia mempunyai sifat emosional, hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel di halaman 29 “… memangnya
elo enggak bisa ya, selama tinggal di New York elo jadi penganut Islam yang
biasa-biasa aja?”jawab Keira dengan suranya masih berapi-api saking
emosinya melihat perubahan Dara yang membuatnya cukup syok. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
penokohan yang ada disetiap tokoh tampak jelas dalam kutipan novel ini.
Selanjutnya kita dapat mengetahui setting atau latar tempat
dalam novel ini yang pertama di New York. Hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel di halaman 7 “Tapi di New York, kamu memang harus maklum kalau di
pandang aneh”.
Yang kedua di Central Park. Hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel di halaman 145 “Sampai
kemudian tak terasa taksi yang membawa mereka telah tiba di dekat Centar Park
bagian utara”.
Yang ketiga di Manhattan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel di halaman 15 “Angin musim
panas berhembus lembut menghangatkan suasana taman luas dan artistic yang
terletak di tengah Kota Manhattan”. Yang keempat di Jakarta. Hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel di halaman 21 “Dara yang
selama tinggal di Jakarta tak pernah mengikuti pengajian mana pun,…”. Yang kelima di Masjid Al
Hikmah. Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan novel di halaman 155 “Jadilah hari
pertama puasa Ramadhan mereka berempat berbuka bersama di Masjid Al Himah.”. Dan yang terakhir di Rumah Sakit. Hal ini dapat dibuktikan dalam
kutipan novel di halaman 208
“Dara hanya
bisa mengantar sampai depan pintu ruang operasi, namun asisten dosen yang ia
temui di luar ruang operasi mengatakan keadaan Brad akan baik-baik saja.”.
Selanjutnya latar waktu, dimana waktu yang digunakan dalam
novel ini ada pagi, siang,
sore, malam dan dini hari. Disini dapat kita buktikan
langsung dalam kutipan yang menunjukkan bahwa pada saat itu waktu menunjukkan pagi hari ada di halaman 70 “Namun sejak
ia menjadi seorang musilim, ia harus bangun pukul empat pagi.”. Sedangkan siang hari dapat
dibuktikan pada
halaman 17 “Jadilah
siang tadi sepulang kuliah Dara berbelanja sendirian.”. Dan sore hari dibuktikan pada halaman 151 “Sore
sepulang kuliah Dara mampir ke supermarket untuk membeli segala kebutuhan saat
sahur nanti malam”. Kemudian
malam hari dibuktikan pada halaman 152 “Malam
ini ia memutuskan shalat tarawih di rumah ssaja.”. Dan yang terakhir waktu
dini hari dibuktikan pada halaman 23 “Sudah
seminggu ini diam-diam tanpa sepengetahuan Keira teman sekamarnya, tiap pukul
dua dini hari Dara bangun melaksanakan shalat tahajud.”.
Kemudian ada latar suasana, dimana suasana yang digunakan
dalam cerita tersebut ada yang serius, menyedihkan, menyenangkan, dan menakutkan. Hal ini dapat kita buktikan
dalam kutipan di halaman 16 yang sangat serius terhadap keadaan yang terjadi “Gadis yang
disebut Dara itu menoleh pada gadis berkerudung yang kini sedang menatapnya
serius hamper tak berkedip”. Selanjutnya suasana yang menyedihkan, terdapat dalam kutipan di halaman 48 “Sebenarnya sungguh-sungguh sedih menghadapi
hubungannya dengan Keira yang belum juga membaik”. Sedangkan suasana yang menyenangkan terdapat dalam kutipan pada halaman
152 “Bahkan saat
dulu ia tinggal di Jakarta, ia tak pernah meyambut bulan Ramadhan sesenang ini”. Dan yang terakhir adalah suasana
yang menakutkan terdapat dalam kutipan pada halaman 87 “…, membuat Dara menutup matanya saking takutnya dengan apa yang
terjadi di hadapannya saat ini.” . Jadi, dapat kita simpulkan bahwa dari setiap
kutipan-kutipan di atas tampak jelas latar tempat, waktu dan suasana yang
digunakan dalam novel tersebut.
Selanjutnya dalam novel ini menggunakan alur campuran, pada
awalnya saya mengira bahwa novel ini mnggunkan alur maju, tapi setelah saya
baca dengan teliti di sisi lain pengarang juga sering memperlihatkan kisah masa
lalu dari tokoh-tokoh novel tersebut, sehingga saya ikut terhanyut flashback ke
masa lalu itu. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dalam novel ini.
Kutipan tersebut terdapat di halaman 12 “Lebih
bahagia daripada saat ia mendapat kabar diterima di jurusan Manajemen Bisnis
Universitas Columbia setahun yang lalu” dan juga terdapat di halaman 18 “Selama hidupnya di Jakarta dulu Dara
dikenal memiliki banyak kenalan penting dan paling eksis dalam pergaulan remaja
kelas atas.” Serta dibuktikan di halaman 47 “Dulu, saat pertama kali tinggal di New York, Dara termasuk salah satu
gadis yang gemar berburu fashion dengan merek ternama model terbaru di deretan
butik sepanjang Madison Aveneu. Dan dalam novel ini sudut pandang yang di pakai oleh
pengarang adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Sebab kata-kata yang digunakan
dalam novel ini selalu menyebutkan nama-nama tokoh dan kemudian menceritakan
seolah-olah paling tahu semuanya. Hal ini menunjukkan bahwa pengarang
menceritakan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan yang menyangkut diri tokoh secara rinci serta
terkadang melalui gambaran atau pikiran tokoh itu sendiri. Hal ini tampak jelas dalam kutipan
dalam novel ini di halaman 87 “…, serta
tato laba-laba di leher kanannya itu malah menarik lengan kanan Dara dengan
kasar”.
Adapun gaya bahasa yang di pakai dalam novel ini adalah gaya bahasa sehari-hari
dan bahasa inggris.
Hal ini dapat kita temukan dalam kutipan-kutipan yang ada didalam novel
tersebut. Kutipannya terdapat di halaman 3 "And you,
Brian! I am not your girl friend remember that!” kutipan kedua “Sorry, I did not mean to offend you. Nevertheless
tahnk you. I’m just… a little sorry for Brian.”. Sedangkan gaya bahasa sehari-hari terdapat di halaman 169 “Ah,
lagi-lagi kau tak menjawab pertanyaanku.”. Dari semua kutipan-kutipan yang
sudah dipaparkan tampak jelas bahwasanya dalam novel ini memang menggunakan
beberapa gaya bahasa yang digunakan.
Terakhir amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui
novel Tahajud
Cinta di Kota New York
ini adalah jangan pernah menilai seseorang
hanya dari penampilan luarnya saja, dan ketika sudah memutuskan untuk memilih
sesuatu maka teguhkanlah keyakinan itu meski banyak sekali hujatan yang datang
silih berganti. Dan percayalah bahwa sesuatu yang dilakukan dengan niat yang
baik, akan selalu ada jalannya.
Nb: Bagian Tugas Mata Kuliah Kritik & Esai
Komentar
Posting Komentar