Kita, ingin, dan takdir yang tidak se-frekuensi

Bukankah sebelum ini kita adalah dua orang asing yang tidak sengaja bertemu? Lantas kenapa ketika semuanya kembali seperti keadaan semula, merasa menjadi yang paling kecewa?

Bukankah sebelum ini juga tidak masalah jika tidak bersama? Lantas kenapa saat akhir memilih berjalan sendiri-sendiri, merasa menjadi pihak paling lemah yang tak mampu berdiri sendiri?

Bukankah sebelum semua terjadi kau bahkan baik-baik saja tanpanya?

Tidak ada yang salah dengan pertemuan, pun tidak ada yang perlu disesali dari sebuah perpisahan.

Berhentilah menjadi egois dan keras kepala.
Tidak semua inginmu bisa sefrekuensi dengan ingin semesta. Tidak semua rencana yang kau rancang akan berjalan beriringan dengan takdir yang ada. Tidak semua yang kau rasa sama bisa memiliki ritme yang senada.

Duniamu tidak berhenti hanya karena hal remeh yang selalu kau besar-besarkan.
Tersenyum dan berbahagialah.
Kau berhak untuk itu.

Ada tumbuh untuk setiap patah, ada bangkit atas setiap jatuh, pun ada ganti setelah hilang.

Bersabarlah, bukankah setiap proses membutuhkan waktu? Kau hanya perlu percaya dan meyakininya.

Bahwa ketetapan-Nya adalah yang terbaik.

Komentar