Untuk
kisah baik yang terpaksa harus kusudahi meski harus berdarah-darah.
Terimakasih untuk setiap hal baik yang selalu kamu berikan, terimakasih untuk selalu menjadi pendengar atas setiap keluh dan kesah, terimakasih untuk dua tahun yang membahagiakan; berkatmu aku ditempa untuk benar-benar menjadi perempuan kuat.
Tulisan
ini kubuat sebagai mesin waktu yang barangkali nanti tanpa sengaja terlupakan, bahwasannya
hari ini aku pernah ada pada keadaan harus memaksa hatiku berhenti menyayangi
sosokmu, meski nyatanya aku tidak ingin, meski harus berkali-kali kutikam hatiku
untuk tidak lagi denganmu. Aku tau kamu akan benci ketika tau aku selemah ini, kamu
tidak suka aku menangis bukan?
Kamu
tau kenapa aku bisa sebegini hancurnya? Entahlah aku pun tidak begitu paham,
yang kutau tidak pernah aku seyakin dan sepercaya ini pada seseorang, lalu ketika
percaya itu tidak dijaga dengan baik aku jatuh, patah, dan hancur berantakan, salahku
memang menggantungkan seutuhnya percaya pada seseorang.
Kita
sudah sejauh ini sekarang, sangat jauh. Kita berakhir bahkan sebelum semuanya benar-benar
kita mulai. Kamu tau hingga detik ini aku masih tidak percaya bahwa aku tidak
pernah kamu sayangi setulus-tulusnya aku menyayangimu, kenyataan yang masih kusangkal
kebenarannya; barangkali selama ini kamu hanya terlalu takut, barangkali kamu
hanya ingin sembunyi dari semua perasaan yang ada, barangkali juga kamu hanya
tidak siap untuk semua hal-hal yang kamu cemas dan takutkan? Entahlah, aku tidak
pernah benar-benar tau isi kepalamu, pun isi hatimu. Kamu terlalu banyak
menyimpannya sendiri, tidak ingin memberi ruang untuk berbagi. Hingga melahirkan
begitu banyak pertanyaan di kepala yang bahkan belum sempat kuutarakan;
Sejauh
ini tidak pernah benar-benar ada kita?
Menyenangkan
ya melihat semua kebodohanku?
Apa
aku memang tidak pernah sedikitpun disayangi olehmu?
Tidakkah
melelahkan berpura-pura membahagiakan sementara kamu tidak ikut bahagia?
Bahkan
setelah semua ini untuk membenci atau marah pun aku tidak bisa, rasanya aku
tidak punya hak untuk itu. Bagiku kamu tetaplah orang baik bahkan terbaik dari
yang pernah ada. Kamu boleh saja mengatakan semua ini berlebihan, tak apa. Kamu
hanya tidak tau sebesar apa perasaan yang kupunya, sehingga sakit yang aku
rasakan pun tidak lagi mampu ku definisikan dengan baik.
Perihal
akhir, sudah kuikhlaskan, sungguh.
Hanya
saja aku masih belum bisa berdamai dengan keadaan, aku belum bisa terbiasa merelakan
semua kebiasaan-kebiasaan yang pernah kita jalani.
Untuk
kisah baik yang terpaksa kusudahi;
Maaf
jika pada kenyataannya selama ini aku lah penyebab utama kamu melakukan semua
kepura-puraan ini, maaf untuk semua perasaanku yang mungkin membebanimu, maaf
karena demi menjaga perasaan kamu terpaksa menjadi pembohong.
Terimakasih untuk setiap hal baik yang selalu kamu berikan, terimakasih untuk selalu menjadi pendengar atas setiap keluh dan kesah, terimakasih untuk dua tahun yang membahagiakan; berkatmu aku ditempa untuk benar-benar menjadi perempuan kuat.
Sebelum
tulisan ini berakhir, aku cuma mau mengatakan aku beruntung; beruntung karena
diberi kesempatan untuk mengenalmu, beruntung karena diizinkan untuk mejadi
bagian dari hari-harimu yang tidak singkat.
Berbahagialah,
semoga kamu selalu dipeluk kebaikan.
Tertanda,
Perempuan
cengengmu.
Komentar
Posting Komentar