Untitled

Didedikasikan untuk tuan pecandu nikotin yang selalu ingin dibuatkan puisi.
-------------------------------------------------------------------
Ditulis oleh:
[mr] – Dumai, 7/7/2017. 12:18 AM.

Dari tinta yang masih belum letih menuliskanmu.
Pada senja yang merona sore itu, akankah jadi yang terakhir kalinya aku bertemu denganmu? Mungkinkah senyum itu tak bisa ku lihat lagi nanti? Aku merindukanmu malam ini, sungguh. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk meleburkan sedikit rasa rindu yang ku miliki ini. Aku tidak tahu mengapa harus menghindarimu seperti ini, mengabaikanmu adalah hal yang sangat ku benci saat ini. Apa rasanya harus sesakit ini? Aku hanya bisa menuliskan tiap resah didada setiap kali aku merindukanmu. Aku benar-benar benci saat seperti ini. 

Aku benci, sungguh. Kau terlalu jauh untuk ku gapai, berjalan menujumu rasanya tak akan pernah sampai. Bisakah kau diam saja di sana dan jangan beranjak, biarkan aku menuju tempatmu. Aku ingin memelukmu, biarkan setiap inci tubuh ini yang berbicara, biarkan mata hingga kaki mengutarakan perihal rasa yang tak pernah mulutku mampu utarakan. Benar, aku terlalu kaku dihadapanmu. Aku malu mendapati diriku yang hampir gila menggilai sepenuhnya kau. 

Apa selama ini kau sadar tiap kata yang ku tulis itu untukmu? Aku benci mendapati diriku jatuh terlalu dalam kepadamu, bahkan tulisanku mencintaimu tanpa henti. Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku?

Tuan, harus dengan cara apa ku robohkan sekat diantara kita?
Katakan, tuan. Jangan diam saja di sana tanpa mengucapkan satu kata pun. Aku lelah terus bersikap seolah baik-baik saja dihadapanmu. Aku lelah mendapati diriku selalu menerima pergi dan kembalimu begitu saja.

Bisakah kau rasakan semenderita apa rasanya jadi aku, tuan? Aku ingin menunjukan sepenuhnya aku kepadamu, tetapi kenapa rasanya seperti ada jurang yang menganga sangat lebar diantara kita? Aku muak mendapati diriku begitu bodoh perihal kau.

Untuk tuan yang tidak pernah menyadari keberadaanku seutuhnya, tintaku masih belum bisa berhenti menuliskanmu. Bahkan saat semua sikapmu hampir membunuhku, bahkan saat perlakuanmu melukai satu-satunya hati milikku, aku dan tulisanku masih mencintai sepenuhnya kau.

Komentar