Kau tanya kenapa aku gemar menulis? Aku hanya punya
satu alasan yang menurutku begitu masuk akal, tulisan menurutku sama hal nya
seperti sebuah foto, tulisan dan foto mampu mengabadikan setiap momen lebih lama
daripada ingatan. Kita terlahir sebagai manusia yang tidak pernah tahu sampai
dimana batas ingatan itu akan bertahan. Mungkin kau akan membenci setiap
ingatan buruk yang pernah terjadi dalam hidupmu, dan bahkan mungkin kau akan
berpikir seandainya saja bisa melupakannya kau akan melupakannya, atau
seandainya saja ingatan bisa kita hapus semudah men-delete file di dalam komputer
maka akan dengan senang hati kita menekan tombol delete pada keyboard. Tapi pada kenyataannya semua itu tidak pernah
mungkin bisa terjadi, mungkin saja bisa jika kau mengalami amnesia. Jika pun
itu terjadi aku pastikan ada beberapa hal yang akan tetap melekat dalam
ingatanmu.
Lalu bagaimana kabarnya dengan ingatan indah yang
sama sekali tidak ingin kau lupakan? Tapi pada akhirnya akan terlupakan seiring
berjalannya waktu, seiring bertambahnya usia manusia akan mudah lupa. Lantas apa
kau akan rela momen indah dalam hidupmu terlupakan begitu saja? Ku rasa
jawabannya pasti tidak. Maka atas dasar ketidakrelaan itulah muncul alasan kenapa
aku begitu menyukai sebuah tulisan. Aku bukan seorang penulis hebat, aku hanya
gemar menuliskan apa-apa yang kelak mungkin saja terlupakan olehku. Aku ingin
tetap mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupku, entah itu kisah
menyakitkan yang menjadi sebuah pelajaran, entah itu kisah manis yang pernah
membuat pipiku merah dan degup jantung tak karuan, entah apapun itu aku tidak
ingin kisah itu terlupakan begitu saja dalam ingatan.
Aku tidak lihai dalam merangkai aksara-aksara indah.
Namun, aku begitu jatuh cinta terhadap tulisan-tulisan indah, entah itu sebuah
puisi, cerpen, ataupun novel. Aku juga belajar untuk dapat menulis seperti
penulis-penulis hebat lainnya. Dari mereka aku memacu diriku sendiri untuk
memberanikan diri bermimpi bisa menjadi salah satu seperti mereka. Kalau pun
itu hanya menjadi mimpi, setidaknya aku sudah berusaha mencoba dan tidak hanya
duduk diam sambil bermimpi.
Much love,
Mustika Ramadhani
Komentar
Posting Komentar