Kemendiknas (2011:59) menyatakan penyajian pengajaran sastra hanya sekedar
memenuhi tuntutan kurikulum, pembelajaran sastra belum mendapat porsi yang
sesuai dalam pendidikan bahasa. Sikap yang kurang apresiatif muncul dari siswa
dan guru, sehingga pengajaran sastra terabaikan. Kurangnya apresiasi masyarakat
Indonesia terhadap bahasa, sastra dan budaya daerah membuat Himpunan Mahasiswa
Program Studi PBSI Universitas Riau melahirkan gagasan untuk mengadakan
praktikum sastra. Gagasan itu pertama kali lahir pada tahun 1973/1974 yang
dipelopori oleh Dasry Al- Mubary, Al Azhar, dan Syafrudin Saleh. Namun kegiatan
praktikum sastra baru dapat terlaksanakan untuk pertama kalinya pada 4 Februari
1980, berkat dukungan moral yang kuat dari Dra. Saidat Dahlan dan yang kemudian
diketuai oleh Al Azhar. Kegiatan ini hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan
keterampilan, rasa cinta dan apresiasi para siswa terhadap bahasa dan sastra
Indonesia sebagai budaya warisan leluhur. Kegiatan ini juga berguna untuk
meningkatkan kreativitas serta profesionalitas para guru membimbing siswanya
untuk menumbuhkembangkan minat dan kemampuan siswa dalam hal sastra.
Untuk itulah gagasan praktikum sastra lahir, praktikum
sastra sendiri merupakan perhelatan akbar yang diselenggarakan oleh Program
Studi PBSI Universitas Riau setiap tahunnya. Pada perhelatan praktikum sastra
ini Program Studi PBSI Universitas Riau turut mengundang sekolah-sekolah yang
ada di Riau. Dalam kegiatan praktikum sastra ini terdapat banyak cabang lomba,
mulai dari Lomba
Debat, Lomba Musikalisasi Puisi, Lomba Visualisasi Puisi, Lomba Lagu Melayu, Lomba
Berbalas Pantun, Lomba Baca Puisi, Lomba Tulis Puisi, Lomba Tulis Esai, Lomba
Pantomim, Lomba Tulis Cerpen dan lain-lain. Dengan mengikutsertakan siswa di
even-even lomba inilah mampu membangkitkan
minat siswa untuk tertarik pada dunia sastra. Apresiasi tersebut dibuktikan
dengan meningkatnya jumlah peserta serta perlombaan setiap tahunnya, seperti
yang terjadi pada Praktikum Sastra Ke-25 pada tahun 2017 ini, peserta mencapai
1356 serta perlombaan bertambah menjadi 17 cabang perlombaan.
Melalui acara praktikum sastra ini, bukan hanya
siswa dan guru saja yang dituntut untuk apresiatif terhadap sastra. Tetapi
perguruan tinggi juga diharapkan untuk mampu melahirkan para pemikir sastra,
budaya, dan insan cipta yang kelak akan memberikan input yang positif dalam
kehidupan masyarakat, serta tidak hanya menyelenggarakan kegiatan akademis di
ruang perkuliahan semata, tetapi mampu melahirkan insan-insan intelektual yang
selain berwawasan luas, juga memiliki kepekaan terhadap kondisi sosial
masyarakat. Sehingga untuk menumbuhkan minat terhadap pemeliharaan bahasa,
sastra dan budaya, maka dilibatkan seluruh generasi muda sebagai
pengkaderisasian terhadap bahasa, sastra dan budaya.
*Bagian Tugas Mata Kuliah Menulis Kritik dan Esai
Komentar
Posting Komentar